Margaret Puspitarini
Sabtu, 21 April 2012 18:03 wib
Ilustrasi : ist.
JAKARTA - Pendidikan karakter sudah harus diperkenalkan kepada anak-anak sejak usia dini. Sebab, dapat menjadi bekal yang kuat ketika beranjak dewasa.
Hal ini disampaikan Ketua DPR Marzuki Alie dan mantan Ketua DPR Akbar Tandjung pada seminar “Pembangunan Karakter dalam Kemandirian Bangsa” di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Selain kedua tokoh tersebut, hadir pula seorang tokoh nasional dan Endang Larasati selaku Ketua Program Study Magister Administrasi Undip.
Dalam uraiannya Marzuki Alie mengatakan, memulai pendidikan karakter sejak dini akan membuat setiap anak memiliki kecerdasan spritual, emosional, dan intelektual. Hal ini merupakan modal yang kuat dalam mengakulturasikan diri dengan perkembangan globalisasi yang sangat cepat.
“Ada dua karakter yang menjadi indikasi pendidikan karakter, yaitu nilai religius dan nilai moral. Kedua nilai tersebut akan membentuk karakter kita untuk selalu menjadi manusia yang bermanfaat bagi masyarakat," kata Marzuki seperti dikutip dari situs Undip, Sabtu (21/4/2012).
Menurut Marzuki, seberapa besar manfaat seseorang terhadap dirinya sendiri dan lingkungan sekitar menjadi salah satu tolok ukur awal bagi seseorang dalam mengaplikasikan karakternya. “Penyesuaian kualitas SDM yang terus mengalami peningkatan seiring berkembangnya zaman dan regenerasi kepemimpinan dengan lancar akan berpengaruh kepada kemandirian bangsa," ujar alumnus Unsri tersebut.
Dia menyatakan, dalam kemandirian bangsa, setiap masyarakat harus berlomba-lomba untuk menjadi warga negara yang bermanfaat bagi Indonesia. Semakin cepat hal ini terwujud, maka semakin cepat pula Indonesia mengurangi ketergantungan terhadap negara lain.
Senada dengan Marzuki, Akbar Tandjung juga mengutarakan, terkadang karakter pada individu baru ditemukan ketika memasuki usia remaja. Kecepatan beradaptasi dengan lingkungan yang baik akan mempercepat terbentuknya karakter tersebut. Dia menyebutkan, nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila, yakni sila ketiga Pancasila, telah dijadikan wadah atau tempat kemandirian bangsa ini oleh para pendahulu.
"Dengan perkembangan zaman, kita hanya dituntut untuk mengakulturasikan nilai kepancasilaan tersebut dengan metode dan sistem perkembangan zaman. Namun tetap memberikan peranan yang dominan pada nilai-nilai kepancasilaan pada proses akulturasi tersebut,” kata alumnus UGM tersebut.
Melalui pemahaman yang sama atas pendidikan karakter, lanjutnya, masyarakat akan lebih bijak dalam menilai sesuatu. Misalnya, definisi politik yang selama ini terkesan sangat kotor karena beberapa politisi tersandung kasus korupsi.
"Namun, sebenarnya tidak semua aktivitas berpolitik hanya mengandung hal-hal seperti itu. Penilaian-penilaian seperti ini hanya akan dimiliki kepada masyarakat yang selalu menggunakan obyektivitas yang bersumber dari pendidikan karakternya,” kata mantan ketua umum Golkar tersebut.(mrg)(rhs)
Hal ini disampaikan Ketua DPR Marzuki Alie dan mantan Ketua DPR Akbar Tandjung pada seminar “Pembangunan Karakter dalam Kemandirian Bangsa” di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Selain kedua tokoh tersebut, hadir pula seorang tokoh nasional dan Endang Larasati selaku Ketua Program Study Magister Administrasi Undip.
Dalam uraiannya Marzuki Alie mengatakan, memulai pendidikan karakter sejak dini akan membuat setiap anak memiliki kecerdasan spritual, emosional, dan intelektual. Hal ini merupakan modal yang kuat dalam mengakulturasikan diri dengan perkembangan globalisasi yang sangat cepat.
“Ada dua karakter yang menjadi indikasi pendidikan karakter, yaitu nilai religius dan nilai moral. Kedua nilai tersebut akan membentuk karakter kita untuk selalu menjadi manusia yang bermanfaat bagi masyarakat," kata Marzuki seperti dikutip dari situs Undip, Sabtu (21/4/2012).
Menurut Marzuki, seberapa besar manfaat seseorang terhadap dirinya sendiri dan lingkungan sekitar menjadi salah satu tolok ukur awal bagi seseorang dalam mengaplikasikan karakternya. “Penyesuaian kualitas SDM yang terus mengalami peningkatan seiring berkembangnya zaman dan regenerasi kepemimpinan dengan lancar akan berpengaruh kepada kemandirian bangsa," ujar alumnus Unsri tersebut.
Dia menyatakan, dalam kemandirian bangsa, setiap masyarakat harus berlomba-lomba untuk menjadi warga negara yang bermanfaat bagi Indonesia. Semakin cepat hal ini terwujud, maka semakin cepat pula Indonesia mengurangi ketergantungan terhadap negara lain.
Senada dengan Marzuki, Akbar Tandjung juga mengutarakan, terkadang karakter pada individu baru ditemukan ketika memasuki usia remaja. Kecepatan beradaptasi dengan lingkungan yang baik akan mempercepat terbentuknya karakter tersebut. Dia menyebutkan, nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila, yakni sila ketiga Pancasila, telah dijadikan wadah atau tempat kemandirian bangsa ini oleh para pendahulu.
"Dengan perkembangan zaman, kita hanya dituntut untuk mengakulturasikan nilai kepancasilaan tersebut dengan metode dan sistem perkembangan zaman. Namun tetap memberikan peranan yang dominan pada nilai-nilai kepancasilaan pada proses akulturasi tersebut,” kata alumnus UGM tersebut.
Melalui pemahaman yang sama atas pendidikan karakter, lanjutnya, masyarakat akan lebih bijak dalam menilai sesuatu. Misalnya, definisi politik yang selama ini terkesan sangat kotor karena beberapa politisi tersandung kasus korupsi.
"Namun, sebenarnya tidak semua aktivitas berpolitik hanya mengandung hal-hal seperti itu. Penilaian-penilaian seperti ini hanya akan dimiliki kepada masyarakat yang selalu menggunakan obyektivitas yang bersumber dari pendidikan karakternya,” kata mantan ketua umum Golkar tersebut.(mrg)(rhs)
Posting Komentar